Mulai lagi, - Part 6

1 bulan berlalu, project Karina telah selesai. Ia berhasil menyelesaikan dan membersamai  tulisan yang sudah ia rampungkan. Antusias dan pembelian itu diluar dari perkiraan.

“Terima kasih mbak Karina untuk kerjasamanya. Aku dan tim mikir, sayang banget ya kalau kerjasama kita cuma sampai disini karena project ini udah selesai. Kita suka dengan totalitas yang mbak Karina lakukan. Bahkan sampai ke dunia nyata pun kebawa ya mbak” Penuturan client yang membuat hati Karina berbunga-bunga di detik ini juga.

“Aduh terima kasih buat penerimaan ini, aku ngelakuinnya juga seneng, dan dari produknya juga cocok banget sama karakter aku ternyata. Jadi aku gak banyak kesulitan, mungkin adaptasi aja diawal karena antusiasnya cukup ramai”

“Iya, kita juga mikir kelebihan produk baru ini, sayang kalau seperti yang sudah-sudah. Kami ada dua poin yang ingin disampaikan, karena kita belum siap melepas mbak Karina. Pertama, jika mbak Karina gak keberatan, kami mau mengundang mbak Karina kembali untuk project yang rencananya masih kami siapkan. Kedua, besok Sabtu, karena mbak Karina bisa di hari itu, kami dengan senang hati menerima mbak Karina, untuk menghabiskan waktu sebagai penulis di kantor kami sebagai bentuk farewell party mbak Karina”

“Waw! Aku seneng banget dengernya, terima kasih sekali lagi karena aku sudah diterima dengan sangat baik disini. Poin pertama, mungkin ketika produknya sudah ada, aku akan bisa mastiin, karena aku juga harus konsultasi sama perusahaan aku yang sekarang. Poin kedua, dengan senang hati, aku bisa usahain datang. Gak sabar deh buat ketemu banyak teman disana”

“Baik mbak Karina, senang mendengar jawaban yang mbak Karina katakan. Mungkin ada yang ingin menambahkan?” Ucap Keyvan selaku pimpinan rapat hari ini. Ada 5 orang dari tim Soul of gold dan 3 orang juga dari perusahaan Karina. Farid, Karina juga pak Rinaldi. Semua orang di dalam sana, memiliki suara yang sama. Suara yang tidak keberatan dan mendukung Karina juga karyanya.

“Jika tidak ada, kami tutup rapat ini, sampai ketemu kembali mbak Karina, di hari Sabtu”

----

“Ternyata diluar dari pikiran-pikiran gua selama ini Rid. Sehangat ini bisa diterima di lingkungan baru”

“Karena lu layak dan pantas dapetin ini semua”

“Seneng!” Ucapnya kembali

“Jalan yuk Rin!” Ajak Farid.

“Tiba-tiba ngajak jalan gini”

“Iya kalau tiba-tiba ngajak pacaran, emangnya lu mau?”

Kalau gua mau, gimana?”

“Iya benaran Rin”

“Beneran jadi pemeran pengganti maksudnya?”

“Kok lu bisa kepikiran gitu,” Ia mengernyitkan dahi, bingung.

“Iya kan waktu itu, lu pernah bilang, katanya lu belum siap mulai hubungan. Ya jadi, gua mikirnya, lu kejebak juga sama cinta pertama atau masa lalu, terus belum move on, jadi belum siap mulai hubungan” Farid menggeleng-gelengkan kepala.

“Kalau cinta pertama gua, itu lu gimana?”

“Iya gak mungkin”

“Iya mungkin lah, Rin. Gua kan belum pernah pacaran. Jadi, kenapa gua bilang, gua belum siap mulai hubungan, karena gua ngelihat untuk kedepan, bukan cuma 5 atau 10 tahun kemudian, tapi sampai nanti ke pengabdian terakhir. Karena hubungan di mata gua, ya hubungan pernikahan, jadi yang serius, sakral, gitu. Dan gua maunya, yang gua bawa sekarang, akan gua bawa juga ke pelaminan”

Karina tertegun dengan ucapan Farid barusan.

“Begitu Rin, ceritanya” Tidak ada jawaban dari Karina, ia masih mencerna setiap kalimat yang lelaki itu ucapkan barusan

“Jadi, maksudnya, orang itu gua Rid?” Tanya Karina memastikan.

“Iya, siapa lagi. Emangnya perempuan mana, yang gua deketin, selain lu”

Farid membaca raut wajah Karina saat ini “Udah ah, santai aja Rin” 

“Toko bunga yuk!” Ajak Farid.

“Tiba-tiba banget ngajak beli bunga”

“Iya kalau tiba-tiba ngajak pacaran beneran, emangnya lu siap?” Tanya Farid memancing Karina kembali, mukanya yang sudah merah kemerahan, harus dibuat salting juga dengan ucapannya sekarang.

“Udah ah Rid, jangan ngeledek gitu” Mereka berjalan, lalu Karina kembali bertanya “Emang ngapain ke toko bunga?”

“Beli bunga lah Rin, kalau beli risol di tukang gorengan”

“Maksudnya, ngapain beli bunga”

“Iya, kepengen aja”

“Katanya, gak suka bunga”

“Yah mau gimana lagi, nyokap gua, lu, suka bunga sih, gua masih dalam proses sih ini”

“Emangnya ada ya orang gasuka bunga”

“Bunga menurut gua waktu itu, simbol kesedihan, perpisahan, kehilangan, gua gak terlalu suka. Tapi sekarang, gua liat bunga di lu, sebagai bentuk perayaan, kasih sayang, kebahagiaan, lebih besar dari itu bahkan. Jadi, gua lagi berusaha, buat suka maksud bunga yang itu”

“Berarti sekarang udah suka?”

“Lagi usaha” Karina mengangguk paham, Farid lalu melanjuti “Lu juga bisa kalau mau nyoba”

“Nyoba? Gua kan emang suka bunga”

“Nyoba buat suka sama gua, gitu. Coba aja dulu Rin”

----                                            

Hari Sabtu itu pun tiba, tak terasa tanggalan menunjukkan perputaran hari yang begitu cepat. 

“Selamat datang mbak Karina, ini meja mbak as writer” Ucap Axel selaku team lead Writter, yang menjemputnya dari pintu depan dan membawanya di tempat yang sekarang. Karina melihat ruang kerja berwarna putih dengan perpaduan coklat muda, menciptakan ruangan yang hangat. Ruangan kerja dengan space yang masih lega, ia merasakan udara baru disana.  

Meja ia berada di tengah, diapit oleh 6 manusia, 3 di sebelah kanan, dan sisanya dari sebelah kiri.

“Hallo Karina!” Sapaan serentak dari 6 manusia baru yang ia temui.

“Oh ini yang bikin Grarly pecah! OMG ketemu juga sama orangnya”

“Jangan sungkan-sungkan disini” Riuh sambutan itu, mengerubungi Karina, seketika meja Karina penuh. Ia senang dengan penyambutan disini, tidak pernah disangka akan alurnya berjalan ke arah sini.

“Aduh kalem banget, warna tumblr gua juga kalah itu, plis deh kasih tau resepnya dong, biar bisa kalem begitu kayak kamu” Ucap Bastian memenuhi sesisi ruangan.

“Woi Bastian, awas lu gangguin!” Ucap Axel dari kejauhan.

Bastian yang heboh dari tadi, langsung memperlihatkan meja kerja nya yang tepat berada di sebelah kanan Karina, mulai dari laptop, mouse bahkan to do list, semua rapih penuh warna “Ini tuh, meja kerja gua. Pokoknya, kalau gua ulang tahun, lu gak perlu mikir panjang buat ngadoin, kasih aja gua warna pastel. Pasti gua bakal..”

“Bakal dikelonin terus, 7 hari 7 malam gak lepas ditangan” Ucap Tania, yang merupakan salah satu dari ke 6 anggota.

“Eh tusuk sumpit, diem aja deh lo, udah gak usah dengerin dia” Karina yang tidak berhenti tersenyum sejak ia berada di ruangan yang ramai berisi seperti ini.

By the way, lu tuh udah sering nulis ya?” Ucap Tania tiba-tiba.

“Lumayan sih, cuma nulis iseng-iseng aja”

“Dari keisengan lu, bisa jadi keberuntungan, definisi merendah untuk meroket BOOM, KEREN LO!” Ucap Bastian berdiri lalu diakhiri tepuk tangan yang riuh. "Tepuk tangan gak lu pada!" Ia menunjuk rekan-rekannya, semua patuh, mengikuti perintah Bastian.

“Orang yang pertama baca cerita lu kan, dia nih” Bastian menunjuk pada Tania.

“Oh iya?” Karina mengubah arah badannya, untuk berhadapan dengan Tania “Gimana ceritanya?” Tanya Karina penasaran.

“Lu kenal Arya?”

“Hah? Arya?” Arya, banyak kan, orang yang namanya Arya. Bukan cuma dia. Gantian, kini dalam hati Karina riuh dengan pertanyan-pertanyaan.

“Arya Keanandra” Tutur Tania. Dari banyaknya nama Arya, ternyata emang ada dia di salah satunya.

“Kenal”

“Dia kan co founder disini, dan gua pernah liat dia bawa-bawa blogspot lu, di obrolan kita Bas, lu inget gak yang tahun lalu, kita lagi nyari cerita”

I see, ooh itu blog punya lu Karina?” Ucap bastian.

“Blog yang mana dulu nih, ntar salah orang lagi”

Tania langsung mengeluarkan handphone nya yang tergeletak di atas meja “Yang ini kan” Karina melihat layar dan ia mengngguk dengan cepat.

“Trus, gua cari lu di Linkedln. Taunya di koneksi ada si Farid, temen padel gua, gua tanya lu ke dia. Dia malah jadi best promotor. Fix 2 orang yang gua kenal tambah buat gua percaya sama lu, yaudah kita akhirnya ketemu!” Tania kegirangan, ia memegang tangan Karina.

Karina masih tersenyum lebar, namun dibalik itu, ia masih mempertanyakan tentang sebuah kebetulan atau memang takdir pertemuan, Ia memang sudah tau, kalau Farid jadi salah satu orang dibalik semua ini. Tapi.. Arya, Karina tidak sama sekali tahu Arya. Apa gua gak bisa lepas dari dia ya? 

Disaat itu juga, terdengar dari speaker ruangan lagu, Kali Kedua - Raisa diputar.

"Biar lu makin gak bisa move on nih Dito"

'siapapun, kenapa harus lagu ini'

Posting Komentar

0 Komentar