Waktu semakin dinikmati semakin cepat pula terlampaui
Alea bergegas menghentikan aktivitas yang
sedari tadi memenuhi isi kepalanya. Ketika mendengar seseorang disampingnya
berkata, “Lea” Aku menatapnya, ia pun mulai membuka mulutnya, “satu bulan lagi”
“Kamu gak bercanda kan?” Ternyata ia
mengucapkan kalimat itu, kalimat yang tidak ingin kudengar. Aku sudah tau itu
dari gelagatnya.
“Aku mengumpulkan keberanian untuk bisa
mengungkapkan 4 kata itu lea, katamu. Lea tidak suka perpisahan, apalagi yang
semuanya nampak begitu cepat dan terkesan mendadak. Seperti pendusta yang mengupat,
padahal kamu satu-satunya yang dekat. Tapi ternyata jarak begitu lekat. Satu
tokohnya sedang menjaga dan satu tokohnya baik-baik aja seolah tidak ada
apa-apa padahal sedang ditipu daya. Itulah gambarannya. Baik buruknya lebih
baik cepat diungkapkan. Untuk mempersiapkan, katamu”
“Iya betul kak. Aku gak mau banget jadi
orang bodoh, yang gak tahu apa-apa. Padahal kita masih sama-sama. Tapi, yang
namanya perpisahan gak pernah ada kata siap kak, egois kalau aku mau kita
berjuang satu tahun lagi disini, ya kita sama-sama. Tapi, impianmu begitu nyata.
Aku mau kamu tumbuh dan bersinar lebih terang lagi daripada ini, aku mau kamu
baik-baik aja, setelah dari sini. Kenapa selalu ada perpisahan, kenapa harus
ada kata pisah, kenapa selalu ada bagian gak enak dari sebuah pertemuan?
Padahal kita manusia yang bisa naruh setia, dan terus sama-sama. Tapi tuhan
menghadirkan temu pun juga pisah”
“Berat lea, aku juga gak mau ninggalin kamu
sendirian disini, alasan aku disini ya karena kamu. Tapi temu juga pisah,
mungkin aja tuhan menghadirkan aku juga menggantikan dengan yang lebih baik?”
“Aku ini siapa sih kak? Lagian aku gak ada
apa-apanya bila harus disamakan dengan cita-cita mu. Aku belum ikhlas, walau
butuh waktu, dan ketemu orang baru. Kan rasanya gak sama. Kan semuanya beda, kan
kamu cuma satu, harus dari awal lagi untuk beradaptasi. Susah deh, aku gak bisa
ngebayangin”
“Ya jangan dibayangin dari sekarang, masih
lama kok lea. Lagipula, kamu tuh perempuan kuat, untuk sudah bisa sampai sini”
“Aku gak cukup kuat kak. Waktu semakin
dinikmati semakin cepat pula terlampaui”
“Udah jangan nangis, kamu udah habis berasa
tissue itu lea?”
“Masa aku harus senang waktu dengar kabar
ini, ya jelas aja gak bakal mungkin. Aku gak bakalan bisa selepas dan senyaman
ini sih kalau gak sama kamu. Kamu bukan cuma jadi rumah, tapi penunjuk di
segala arah”
0 Komentar