Dewasa yang memaksa
Jam yang bergerak sedaritadi pun terasa malu penuh ragu, sudah sepersekian kali kata gagal itu menjadi saksi
buta yang memperlihatkan bahwa sebegitu cepatnya waktu berjalan. Tanpa harus
menunggu kita yang selama ini sudah jauh tertinggal. Iya, hari yang terus saja
berjalan membuatnya dirundung ketakutan. Kondisi dimana dewasa yang kerap
memaksa atau justru ini memang belum waktunya.
“Nan, aku
ini sebenrnya lagi dimana sih?”
“Kamu, ya
ada disini.“ Ucap seorang perempuan yang lebih muda 3 tahun darinya.
“Maksdumu?
disini itu aku tidak bergerak, aku tidak mundur atau bahkan maju sekalipun. Sudah
beberapa email aku mengirim lamaran. Tapi, tidak satupun mendapat balasan. Iya nan
aku disini, pun juga dengan langkahku yang ikut berhenti. Aku sudah capek nan,
menghabiskan waktu juga usaha tapi tak sebanding dengan hasil yang kuraih
sekarang. Aku rela mengganti jam tidurku untuk bekerja, aku rela bila akhir
pekan atau bahkan tanggal merah sekalipun digantikan dengan kehadiraan, aku
juga rela bangun pagi lalu pulang paling akhir setiap mendapat kerjaan. Bilamana
itu memang diharuskan. Maka akan kulakukan.”
“Kamu sudah
berusaha, aku yakin bila bukan sekarang mungkin nanti, karena aku percaya yang
terbaik pasti akan datang diwaktu yang baik. Walaupun jam dan hari tidak bisa
dipaksa berhenti. karena terus jalan sendiri. Tidak perlu cemas dan
terburu-buru. Karena kita tidak sedang berlari, kita tidak sedang memperebutkan
gelar juara, untuk akhir dari kompetisi perjalanan. Tidak. Kita,
sama-sama berjalan untuk menetukan arah dari masa depan yang akan kita
wujudkan. Kita akan sama-sama berhasil. Kita akan sama-sama bergerak dengan
cara masing-masing”
“Tidak heran, kenapa setiap kali aku merasa gagal jawabannya cukup dengan mencari mu. Usiamu yang masih muda tapi prestasi mu sudah mengukir jauh ke negeri orang. Kamu keren nan”
0 Komentar