Hari itu, tidak butuh waktu lama untuk Karina mengiyakan ajakan Farid. Iya, waktu akhir pekannya akan ia isi bersama dengan Noah, juga laki-laki yang selalu membersamainya, akhir-akhir ini. Farid memberikan persepsi yang beda, dari sedikitnya laki-laki yang ia temui, tentang caranya ia memproses dan bertindak.
Memakai jaket jeans Hitam dan celana bahan pink salem, membuat perempuan itu terlihat nyaman dengan balutan outfit konser hari ini. Sesampainya di tempat konser, mereka turun dari motor. Karina memastikan berulang tempat yang akan disinggahi untuk beberapa jam setelah ini.
“Rid, ini rame banget, kalau penontonnya
membludak, gimana?” Karina melihat sekitar, parkiran yang menjadi tempat paling
awal mereka sampai disana, dan sekarang ramai dengan sekeliling manusia yang
beragam. Ada yang kesini membawa rombongan atau ada juga yang berpasangan,
kayak, mereka mungkin.
“Tenang Rin. Ini gak akan sama kayak
sebelumnya, gua pastiin” sambung Farid lagi, “Gausah gelisah gitu dong, helm-nya siniin” Farid menerima
helm itu, sedangkan Karina masih tengak-tengok bak kanguru yang lagi cari
makan.
“Sok tau lu Rid, ini rame banget” Ucapnya, seketika Karina
mengingat kejadian tahun lalu, tahun dimana ketika mereka datang ke sebuah event
musik, badannya membawanya menuju ke barisan paling depan. Bukan karena asik atau
menyenangkan, melainkan karena tumpukan manusia yang diluar perkiraan,
mendorongnya hingga ke depan. Noah tidak lagi menjadi Noah yang dibayangkan
Karina pada saat itu. Iya, namanya juga dadakan. Event tahunan. Waktu tahun baru, ketika mereka jalan di taman literasi, blok M.
Karina melihat spanduk besar, dengan gambar Noah disana. Tanpa pikir panjang,
ia memutuskan untuk ikut serta. Iya memang permintaan Karina susah ditolak.
Farid pun kehabisan tenaga untuk menjaganya.
Karina berjalan lebih dulu, kemudian
disusul Farid dari belakang. “Rid,” Ucapnya lagi, Karina menatapnya, tanpa
aba-aba, Farid meraih tangannya begitu saja.
“Tenang Rin, tenang Rin. Gausah gandengan
gini juga dong”
“Gapapa, biar kayak pasangan” Mereka
melihat sekitar, yang juga melakukan hal yang sama.
“Biar gak keliatan jomblonya kali” Timpal
Karina
“Emangnya kalau lagi barengan terus sama
lu, gua ngerasa jadi jomblo?”
“Ya mana gua tahu!”
“Ya gamungkin lah Rin”
“Hah kenapa? Emangnya kalau bareng terus
tuh tandanya, pasangan?”
“Maunya gitu, ya Rin, tapi kan lu gamau,
katanya lu gak akan suka sama cowok kayak gua. Terus tipe lu yang kayak gimana sih Rin?” Langkah mereka terhenti, Farid yang menatap Karina. Melainkan Karina tidak melakukan demikian, ia enggan untuk bertatapan dengannya.
“Mau tau aja lu”
“Pelit banget sih, tinggal kasih tau aja ke
gua, apa susahnya coba”
Karina diam, lalu lanjut jalan tanpa
mengatakan apapun. Farid membawa perasaan cemasnya menjadi tumpukan kupu-kupu
yang bersarang dan harus ia keluarkan, sekarang. Perasaan senang disertai balon-balon
udara berwarna warna merah muda menghiasi langit, langit hati Karina tepatnya.
Handphone mereka
sama-sama berdering, ada pemberitahuan masuk. Sama-sama mereka melihat. Ternyata,
alarm, jadwal makan siang.
“Cari makan dulu yuk Rin!” Ajak Farid,
Karina mengangguk. Iya, sejak Karina mengalami masalah pada sistem
pencernaanya, dan harus dirawat inap di Rumah Sakit. Farid dipesankan, agar
Karina tidak telat, pada jadwal makan, jadwal minum obat dan jadwal istirahat.
Untuk itu, ia memasang alarm di handphone-nya juga
----
“Rid, lu ngapain sih beli banyak banget”
“Ya buat dimakan lah Rin”
“Coba deh, lu cobain ini” Tunjuknya menggunakan sumpit. Farid lebih dulu memakannya sebelum ia merekomendasikan ke Karina.
“Itu apa?” Tanya Karina,
“Belut Rin, unagi, enak banget”
“Serius, bercanda lu Rid?” Farid menggelengkan kepala.
“Rin, gua gapernah bercanda kalau orangnya itu lu”
“Oke, serius, tapi gua gak suka belut” Ucap Karina kembali
“Cobain dulu” Tanpa aba-aba, dia langsung memegang tangan Karina, beserta sumpit yang sudah Karina pegang, tangan Farid mengarahkan untuk mengambil unagi tersebut.
“Gimana? Enak kan?” Ucap Farid, sedangkan Karina yang masih mengunyah makanan itu dengan hati-hati. “Sekarang cobain ini” unjuk Farid pada piring yang masih penuh dengan deretan sushi, di meja paling tengah.
"Truffle sushi” ucapnya barengan, tanpa bujukan Farid, Karina langsung mengambilnya duluan.
“Yash, gua suka ini Rid, best ever”
“Kita kesini karena..” Belum Farid selesai bicara, Karina memotongnya
“Lu makan ini kemarin Rid” Unjuk Karina pada truffle sushi dengan semangat.
“Jadi?”
“Gua pengen” Karina tersenyum lebar penuh kemenangan.
----
Setelah mereka makan, ada satu tempat lagi
sebelum akhirnya mereka menuju tempat konser itu. Satu tempat yaitu, boost.
Karina membeli asupan bekal untuk konsernya nanti.
“Halo kak! Aku mau beli boost Superfruit
energy nya 1. Pakai poin buat payment nya bisa gak kak?”
“Bisa kak, kita proses dulu ya kak”
Sambil menunggu pesanan Karina, mereka
duduk tidak terlalu jauh dari tempat konser dan sangat dekat dengan kedai Boost
“Lu di endorse boost apa gimana Rin?”
Tanya Farid, tidak terlalu yakin
“Yakali Rid” Karina tertawa
“Itu gratis kan Rin?” Tanyanya memastikan
“Setiap gua beli 10 dapet gratis 1 Rid”
Karina tersenyum sangat lebar, lalu melanjuti “Kan lumayan Rid” Karina
menaikkan alisnya, disertai senyum di akhirnya
“Oh gitu”
“Iya, beneran gamau?”
“Ngga ah, udah kenyang” Karina yang melihat
mbak-mbak boost yang sedang memotong buah berriesnya yang ia sendiri yakin, itu
miliknya. Kebetulan kedai boost sedang ramai, mungkin juga karena lokasinya
dekat dengan lokasi konser.
“Rin, ternyata seru ya, hidup excited terus
kayak gini” Pandangannya beralih, menuju lelaki di sebelahnya.
“Kayak gini, gimana?”
“Setiap pagi, gua bikinin to do list harian.”
Ia membuka layar dan memperlihatkan goggle calendar “Ternyata dalam
sehari, cuma makan pagi aja yang nggak bareng sama lu”
“Hah? Lu bikin to do list?”
“Iya, biar gak kelewatan” Sambungnya lagi,
“Ternyata kebanyakan hidup gua, ngabisinnya berdua, sama lu, kayak gini. Gimana
Rin?”
“Iya sih, ternyata makan pagi sebelum minum obat aja, yang gak
sama lu. Gimana apanya sih? Ini maksudnya gimana si Rid!” Pekiknya, ia
menanyakan kembali kepada Farid
“Kalau gua makan pagi dirumah lu, gimana?”
“Oh ternyata itu maksudnya, mau makan
bareng. Mau makan bareng aja ngomonginnya soal hidup dulu, Rid” Karina menggeleng-gelengkan
kepalanya.
“Iya, emang boleh?” Tanyanya lagi,
“Sekalian aja, lu tinggal sama gua Rid”
Ucap Karina santai
“Itu maksud gua, emangnya kalau maksud gua
langsung kesana, lu siap?”
----
“Rid, tadi rame banget di dalam”
“Nyaman gak?”
“More” Sambungnya “Kok bisa bangku disebelah
kita gak ada yang ngisi?”
“Katanya sih, ada orang yang beli bangku empat, padahal cuma diisi buat dua orang aja”
“Rid sumpah, lu yang beli?” Tanpa menebak lagi, Karina sangat yakin, bahwa itu ulah, Farid.
“Bayangin lu konser kayak kemarin, rasanya..
gak ngenakin buat gua”
“Gak ngenakin kenapa?” Karina bingung
“Karena lu gak nyaman, kan. Gua takut ada yang gangguin. Konser kan isinya bukan perempuan semua. Ada segala makhluk disana. Biar gua pastiin sendiri”
“Pastiin apaan, sih”
“Biar gua pastiin sendiri, makhluk yang gangguin lu itu, cuma boleh gua aja”
“Nyebelin” Sahut Karina begitu saja
----
1-6-2025
04.30: Wake up, subuh, prepare for
jogging
05.00: Otw Karina’s house
06.00: Jogging with Karina
07.30: Take Karina’s medic
08.00: Oatmeal snack
09.00: Back to Karina’s house
10.00: Back to appart
12.00: Otw Karina’s house for concert,
soon
14.00: Lunch with carbo n protein, ofc
15.00: Concert to make her happy
18.00: Back to Karina’s house
19.00: Dinner
Noted:
Plan A –
Concert with Karina
Plan B – Cook with her n go to the market
Plan C – If all that doesn’t happen, it’s okay, as long as she’s healthy, happy, n I’m there.
0 Komentar