Ia telah selesai merampungkan bacaan buku.
Bacaan yang mengingatkan ia pada momen-momen di setiap babnya, senyata ini buat kembali lagi dan hadir ke masa itu lewat tulisannya. Ia berjalan
pada tanah merah yang ia pijak, pada rerumputan hijau dengan sedikit embun
membasahi kakinya, membawa keranjang rotan kecil berwarna putih kecoklatan
dengan pita berwarna merah muda menghiasi. Ia mendengar kicauan burung dan
sinar matahari pagi yang bebas menyentuh tubuhnya begitu saja, dengan langit
yang menjuntai luas, desiran angin pepohonan terdengar begitu riuh, seolah
menjadi sambutan pertemuan.
“Bukunya akan seperti ini. Cantik. bulan
depan, siap dikirim” Tunjuknya, mengarahkan padanya.
“Aku gak sabar, buat kasih tau ke dunia,
karya ini lahir, bahkan dengan sangat sempurna, dibalik prosesnya yang orang
semua akan tahu” Ia membenarkan posisinya, agar nyaman berada disampingnya.
“Di seluruh toko buku manapun. Bahkan
kwitang atau toko yang tersembunyi, janji, ini akan ada disana. Aku pastiin
sendiri, Kamu abadi dan panjang dengan kepemilikan nama itu, kamu selalu hidup,
karena karya kamu yang terus bersuara, dan kamu ada disana, kamu dekat,
selalu.” Ia menabur bunga kamboja berwarna merah muda pada gundukan tanah yang
masih merah. Wangi yang melekat membelai rindu yang menuju ke segala arah.
Beberapa menit kemudian, seorang lelaki
dengan postur tinggi yang sama datang, menuju tempat yang sama.
“Udah disini Rid” Ucapnya dengan suarat berat.
“Iya Arya, lumayan lama, abis baca ini lagi, gak bosen”
Arya pun menaburi, bunga kamboja berwarna
sama, kini liang lahat itu penuh warna dan wangi yang meraksi. Pada tanah merah
yang masih basah, batu nisan berwarna hitam dengan ukiran yang belum lama
diukir, Karina Adhisti Inka, perempuan itu kini ada disana, dalam kondisi yang
sudah berbeda. Kini ia telah bersemayam dengan raga yang sudah tidak bisa jadi
kepemilikan bagi siapa-siapa, mata yang sembab namun tidak lagi basah, tangisan
bagi para peziarah sudah mulai mereda, tapi sempat mengisak satu atau dua turun
tak terhingga, iringan doa serta karya-karyanya kini yang menjadi kisah, dalam belaian kenangan menjadi pengingat akan sebuah kasih.
“Karyanya udah sampai mana progressnya Rid?”
Tanya Arya
“Bulan besok, tanggal lahir Karina, gua
yakin akan selesai, bantu gua distribusiinya ya” Ucap Farid.
“Ini, buat lu” Farid memberikan buku berjumlah 150 halaman, dengan cover berwarna hitam, taburan kamboja disekitarnya, juga
kaki Karina dalam bentuk asli, terpapang nyata. Mereka kini berdiri, sama-sama ingin beranjak pergi untuk menyudahi.
Arya melihat paper bag yang dibawa Farid,
saking banyaknya jadi kelihatan, isi paper bag tersebut “Lu bawa batagor segitu
banyaknya buat apa Rid?”
Farid mengeluarkan satu bungkus batagor
“Nih cobain, kalau suka ntar gua kasih tau tempatnya dimana.”
“Ini mah batagor mang Ucup, ya?” Tidak butuh
waktu lama, bahkan dari penampilannya saja, Arya sudah hafal kalau itu
“Langganan Karina beli batagor”
Mulai lagi,. Pada akhirnya, semua kisah
yang tercipta adalah kisah Karina, yang dituangkan dalam bentuk nyata. Membuat
2 orang lelaki dihidupnya memiliki nama yang abadi. Membuat tokoh-tokohnya
mempunyai arti nya sendiri.
----
Dunia kalian harus terus berjalan, kalian
harus mulai lagi, gak perlu dari awal, sisain gua tempat disana, sedikit aja, lebih luasnya buat pasangan kalian nanti. Lanjutin
hidup kalian dengan indah, seru, menyenangkan, ayo nonton konser, makan
buah kesukaan, atau masak-masak lagi, olahraga, minum vitamin, dan terima hadiah-hadiah
manis dari tuhan, dengan sabar dan perlahan. Lakuin semua hal seru itu, karena kalian akan
memulai lagi perjalanan baru, bab baru dan karya yang baru. Jadi, anji akan main-main kerumah baru gua ya!
Mulai lagi, ini gua tulis buat kalian berdua, Arya.. Farid.. Kalian punya tempat
dimana sejak kalian hadir, kalian bukan jadi pemeran pengganti, melainkan jadi yang paling dinanti. Karena
realitanya, kalian jadi tokoh utama yang indah, dan itu udah selesai gua
rampungin di tiap babnya. Karena kalian nyata, hadir dan tercipta, begitu saja.
Buat Arya, fokus ke masa depan ya, ikhlasin
yang ada di belakang. Jangan pernah nyeselin apa yang udah terjadi. Udah
ngelakuin yang terbaik, bahkan yang paling baik, gua yakin itu. Lu selalu punya
alasan yang kuat, iya. Hubungan kita emang berakhir buruk, tapi bukan berarti
selama kita bangun itu, gak ada kebahagiaan kan disana, justru itu yang gak
akan bikin gua lupa kayak makan permen karet aja, selama itu, rasanya masih
ada, masih lekat. Kayak pulang dari kwitang terus nyobain Maison Weiner
Bakery trus gak abis makan sourdough cranberry chocolate walnut,
pulangnya bikin kue yang kita tanya resepnya sama pegawai tadi. Seru ya? Janji
akan lakuin itu lagi dan lagi?
Buat Farid, Gua bersyukur, jadi perempuan yang terus sama-sama walau gak bisa berakhir sama-sama. Aduh Rid, lu tipe pasangan yang gua bisa ajak perang setiap hari buat ngehadapin masa depan, alias tipe pasangan gua, ya kayak lu gini. Lu ngingetin gua minum obat, makan, bahkan bikin to do list, bohong kalo gua gak seneng Rid. Lu ada di masa yang gak ngenakin buat gua terima sendirian, masa-masa gua berjuang dengan pengobatan, masa-masa gua gak terima dengan keadaan yang gak adil buat gua jalanin. Kata-kata manis bisa aja gua ucapin, tapi itu gak akan sama besar sama apa yang udah lu lakuin buat gua. Iya deh untuk terakhir ini, gua coba bilang. Gua suka Rid, perhatian, tindakan, ucapan, semuanya. Gua suka bentuk kehangatan yang gak perlu ditunjukkin tapi bisa dirasain. Makasih karena udah jadi warna merah muda itu hadir lagi. Lu harus hidup lebih lama dengan kesehatan yang harus dijaga, rajin-rajin olahraganya, minum vitamin nya juga, janji ya kalau ada konser Noah bakal ikutan lagi?
Jadi Mulai Lagi, ini adalah untuk kalian berdua, hal akhir yang bisa gua lakuin, sebagai bentuk terima kasih atas lahirnya lelaki bernama Arya Keanandra dan Farid Diputu Pradeepa, karena sudah menemani, membersamai, mengiringi di semesta Karina yang lenggang, kayak naik kereta ke Manggarai aja di jam 5 pagi. Mulai lagi, perjalanan kalian setelah ini, senang, karena punya cerita yang didalamnya ada kalian disana. Semoga Mulai Lagi, bisa dibacakan dan dirasakan ke banyak pasang mata dan hati yang ikut turut serta.
Peluk hangat,
Karina Adhisti Inka, akan selalu begitu.
0 Komentar