Part 5 – Terungkap
Rakartha berusaha mempersiapkan semuanya. Jam yang
melingkar ditangannya pun telah menunjukan pukul 2 siang. Kini, ia sedang
menunggu keberadaan sosoknya. Iya, siapa lagi kalau bukan Kinara
“Tunggu apalagi, berangkat sekarang!” Ucap ayahnya
dengan suara yang meninggi kepadanya
“Aku sedang menunggu Kinara ayah, berikan aku waktu
untuk itu”
Saat Rakartha sedang menunggu ditemani ayahnya.
Tiba-tiba dari arah kejauhan terdengar suara yang sangat ia kenal, memanggil
namanya. Seseorang yang datang dengan suara bergetar pun juga dengan wajah
penuh kepanikan itu menemuinya
“Rakartha, kamu liat Kinara tidak?” Ya, itu adalah ibu
Kinara.
“Kinara bu?” Ia berjalan mendekatinya dengan wajah
yang tampak begitu serius
Kini ia sedang berhadapan dengan ibu nara “Daritadi,
Kinara belum pulang bu?” tanyanya tampak serius
“Iya nak, ibu pikir Kinara disini, makanya ibu masih
tenang saja dari tadi. Tapi kok sudah 5 jam Kinara belum juga pulang, ibu
kesini untuk mengecek keberadaanya nak”
“Aku akan cari Kinara” tidak bisa ditutupi, tidak bisa
dipungkiri lagi. Bahwa ia begitu mengkhawatirkannya. Itu semua sudah terlihat
jelas bahwa ia takut kehilangan sosoknya. Ia berusaha untuk pergi mencarinya,
namun tangannya, sudah lebih dulu di cekal oleh ayahnya
“Mau apa kamu? Berangkat sekarang!” Ucapnya penuh
penekanan disertai nada tinggi, yang selalu ia lontarkan ketika sedang
bersamanya.
“Maaf yah, aku mau cari Kinara dulu. Tidak akan pernah
aku berdiam diri, jika urusannya tentang dia, tidak akan pernah aku bisa biasa
saja kalau nyawa Kinara sedang di pertaruhkan. Maaf yah, untuk kali ini, aku
harus pergi”
“Kamu ingin mempermainkan saya!” Pria itu tanpa segan
menampar wajahnya, Rakartha hilang keseimbangan ia tidak sanggup menopang
tubuhnya. Mendengar berita bahwa Kinara hilang, itu saja sudah membuatnya
berantakan.
“Sedetikpun itu berharga buat Kinara sekarang ini.
Ayah mau nampar aku berulang kalipun. Aku tidak akan berangkat sampai Kinara
ditemukan” Ucapnya, sambil membenarkan tubuhnya
“Kamu ini keras kepala, mau dicari sampai kemana juga.
Tidak akan pernah kalian bisa temukan dia!”
“Maksud ayah apa?” Rakartha menatap tajam lelaki
dihadapannya. Ucapannya sangat mengisyaratkan sesuatu yang sedang ia tutupi
“Kamu mau tahu, maksud saya apa?” ia tersenyum miring,
dan melemparkan arah pandang wajahnya. “Bodoh! Saya sudah pernah bilang, jangan
pernah temuinya. Maka, jika kamu tidak bisa melakukan itu, saya lah yang akan
membuat kamu dan dia tidak akan pernah bisa bertemu.” Artha tertegun dengan
ucapannya. Apakah ia pantas melakukan pada seseorang yang sama sekali tidak
pernah berbuat dosa padanya? Ia mengaku bahwa ia adalah orang tuanya. Tapi,
mengapa kebahagiaan anaknya justru sama sekali tidak pernah ia pikirkan. Pikir
Rakartha
“Ayah, aku gak tau kenapa ayah bisa sebenci ini sama
dia, kenapa ayah bisa setega ini? Bahkan ayah tahu, hidupku adalah semesta
untuknya, hidupku adalah dunianya, hidupku selalu berputar dan berporos pada
satu titik yaitu kehidupannya. aku hanya tau tentang dia. Jika ayah
menyakitinya, ayah sudah lebih dulu mempertaruhkan nyawa anakmu sendiri”
“Kenapa bapak tega melakukan itu kepada putri saya,
hanya dia harta yang saya miliki
satu-satunya, saya tidak akan tinggal diam. Saya akan membawa perkara
ini dan masa lalu itu melalui jalur hukum. Bapak berani dengan keluarga saya,
maka bapak akan menemui saya di meja pengadilan”
“Kamu pikir, kamu siapa?” Lelaki itu, tanpa segan
mendorong wanita dihadapannya.
“Bapak, yang tidak tahu siapa saya.” Ibu nara membenarkan
tubuhnya, dibantu dengan Rakartha
“Rakartha, ada suatu rahasia besar yang harus kamu
ketahui. maafkan ibu, baru bilang sekarang ya sayang”
“Rahasia? Apa bu, maksud nya apa ini yah? Ada apa?
Sekarang, Artha mohon. Jelaskan!” Lelaki itu tampak kebingungan. Secara dia
tidak mengerti apa yang terjadi.
“Rakartha! Cukup memanggil dia dengan sebutan ayah!
Cukup, kamu hormati pria dihadapanmu sekarang ini” Artha menatap serius ibu
nara, dengan maksud yang tidak ia mengerti ia bertanya-tanya pada dirinya
sendiri, apa arti perkataan ini.
“Karena, karena dia bukan lah ayah kamu, melainkan dia
adalah seorang pembunuh yang berkedok ayah kandungmu. Mungkin, selama ini kamu
bertanya-tanya. Mengapa orang dihadapan mu ini, tidak pernah memberikanmu kasih
sayang, tidak pernah ia bersikap manis layaknya seorang ayah dengan anaknya.
Dan mungkin, kamu bertanya-tanya juga, kemana istri dari lelaki pembunuh ini?
Jawabannya, karena ia telah membunuh orang tua kandungmu. Ia adalah om kamu,
yang sangat berambisius untuk menguasai harta kakaknya sendiri, yaitu ayah
kamu. Dengan berbagai cara, tindakan, tidak perduli, bahkan nyawa saudaranya
pun berani ia hancurkan dengan tangannya sendiri. Termasuk, mencelakakannya.
Itu sebabnya, mengapa kamu selalu diminta fokus dan cepat menyelesaikan
sekolahmu, karena jika kamu lulus, kamu akan dipaksa untuk memimpin
perusahaanmu, lalu mereka dengan liciknya merebut perusahaan yang telah kamu
kembangkan, tanpa perlu bersusah payah berusaha. Dan kamu mau tau juga? Mengapa istri dari pembunuh ini tidak ada,
itu karena, ia sedang menjaga anak kandungnya yang sedang terkena penyakit
kanker hati. Ketika kamu sudah berhasil dengan perusahaan itu, ketika semua
yang mereka inginkan sudah tercapai, maka disitulah saatnya hati kamu akan
diminta untuk diberikan kepada anaknya”
“Maaf sayang selama ini ibu diam, karena ibu takut
kalau dia akan menyelakai keluarga ibu juga. Maaf ibu baru memberitahumu, dan
membiarkan pembunuh ini berkeliaran”
“Apa benar begitu? Orang tua kandungku?” Tanyanya yang
seperti sedang menahan emosi yang ingin terluapkan. Seperti orang yang
kehilangan kesadaraan, badannya rapuh, membiarkan angin menerpa tubuhnya yang
lemah begitu saja. Ternyata benar, kejujuran itu memang menyakitkan, hal yang
paling menyulitkan namun lebih baik diutarakan daripada disimpan. Karena apa?
Karena semua hal perlu menemukan keadilan dan jawaban. Ia hancur, ia masih
belum bisa nerima semua kenytaan, bahkan ia yang selalu tampak tegar kini rapuh
akan kenyataan. “Gak mungkin, aku gak pernah kenal siapa orang tua kandungku
bu. Bagaimana mungkin, selama bertahun-tahun aku hidup dengan pembunuh.”
“Jika itu benar, kalian bisa apa?” Artha menatap pria
yang sekarang ini sangat ia benci, bukannya minta maaf malah seperti orang yang
tidak tahu akan kesalahan
“Ada rekaman sebagai bukti percakapan kami berdua
waktu itu nak” Ungkap ibu nara yang sudah lega tentang rahasia yang selama ini
ia simpan.
Rakartha menghembuskan napas kasarnya, dan memukul
tembok dihadapannya dengan sangat kasar.
“Orang seperti anda, tidak bisa dibiarkan berkeliaran.
Saya tidak akan tinggal diam. Karena anda, saya kehilangan orang tua saya,
karena anda, saya tidak pernah bisa melihat wajah orang tua kandung saya, dan
karena anda juga saya tidak pernah merasakan kasih sayang layaknya seorang
anak” Rakartha mendekatkan badannya dengan lelaki itu “Maka saya akan pastikan
sendiri, bahwa anda akan mendekam di dalam penjara atas perbuatan anda kepada
orangtua saya”
“Sekarang, ucapkan dimana Kinara anda sembunyikan.
Karena anda tidak berhak melakukan ini kepada saya, tidak berhak mengatur hidup
saya lagi! jika tidak, saya pastikan hukuman anda akan lebih berat dari
sebelumnya” Ucapannya meninggi, tidak pernah terlihat Rakartha yang penuh emosi
“Tidak akan pernah saya beritahu, dasar bodoh!”
“Kita pergi sekarang ya, dia tidak akan mau
memberitahu” Ibu nara berbisik padanya, sambil membawa Artha untuk pergi
“Nanti kita atur rencana untuk menjebloskan pembunuh
itu ke penjara. Tapi, sekarang Kinara sedang dalam bahaya. Bantu ibu yaa, untuk
mencarinya” sungguh jika bukan karena Kinara, ia pastikan ia sendiri yang akan
membawanya ke kantor polisi. Namun, ia harus mementingkan keadaan Kinara,
bagaimana jika sekarang ia sedang berjuang, bagaimana jika dia sedang
ketakutan.
“Kinara” Ia bersemangat untuk mencarinya, ketika
mendengar namanya disebutkan. Seperti ia kembali mendapatkan kekuatan “Iya,
tanpa ibu minta, aku pasti akan membantu” Jawabnya
“Aku coba kerumah setengah lingkaran dulu ya bu, siapa
tau ada jejak ia disana” Ibu nara mengangguk
“Ibu akan mencoba mencari di dekat sini, siapa tau ada
orang yang melihatnya”
“Baik bu”
Mereka berdua, sama-sama pergi. Mereka mulai mencari
Kinara.
Ra, aku mau bercerita sepenuhnya. Kamu dimana? Kamu
pasti senang sekarang ini, jika mendengar apa yang kukatakan. Karena seperti
apa yang kamu harapkan. Dan kamu inginkan, kamu tidak akan sendirian. Aku akan
terus bersamamu, karena yang kutahu hanya begitu. Walaupun, rasanya sulit
menerima. Semesta ku kini sedang tidak baik-baik saja ra.
Ia menghela napas kasar, masih saja menyangkal bahwa
semua ini hanyalah mimpi alam bawah sadarnya.
0 Komentar